LARANGAN MENCINTAI HARTA DAN SOMBONG KARENA KEDUDUKAN
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
Jika اَللّهُ SWT memberikan harta
kepadamu, kemudian kamu sibuk dengan harta itu dan lalai menjalankan
ketaatan kepada-Nya, berarti harta tersebut telah memisahkanmu dari-Nya,
baik didunia dan di akhirat. Bisa jadi, Dia akan mencabut harta itu
darimu, kemudian menelantarkanmu dan menjadikanmu fakir, sebagai bentuk
hukuman atas kesibukanmu dengan nikmat, hingga lalai dengan Dzat Yang
Maha Pemberi Nikmat.
Sama halnya dengan seorang karyawan yang dahulu begitu dekat dengan karyawan lainnya, bebas berbicara dengan siapapun dan senantiasa menjaga silaturrahim, tetapi ketika diangkat derajatnya atau kedudukannya sebagai seorang "Direktur atau Pemimpin", karyawan tersebut melupakan teman sejawatnya, membatasi waktu bicara kepada teman atau rekan kerjanya dan mulai "memilih" teman atau rekan kerja yang dianggapnya setingkat. Maka, sesungguhnya dengan karyawan tersebut membatasi diri dan beranggapan lebih baik berkawan hanya dengan yang setingkat derajat atau kedudukannya, maka sama saja hal tersebut dengan membatasi rezeki dan karunia dari-Nya, sehingga wajar ketika اَللّهُ SWT menghukum dan membuatnya "terpuruk" tak ada satupun teman atau rekan sejawat yang akan membantunya, walau jika diperhitungkan masa kebaikan yang dilakukan dahulu lebih lama dari perubahan sikapnya. Mungkin inilah yang disebut : "Setitik nila akan merusak susu sebelanga."
Akan tetapi, jika kamu sibuk dengan mentaati اَللّهُ SWT daripada mengurus harta dan tetap menjaga silaturrahim, maka Dia akan memberikan anugerah kepadamu dan tidak akan berkurang sebijipun. Harta dan kedudukan akan menjadi pelayanmu. Sedangkan kamu menjadi pelayan Dzat Yang Maha Kuasa, sehingga kamu hidup didunia penuh dengan kenikmatan dan kemuliaan. Dan, diakhirat kelak, kamu dimuliakan dan dilayani dengan baik di surga bersama dengan shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih.
Ref. Kitab Nasihat dan Wirid. - Syekh Abdul Qadir Al-Jailan
Sama halnya dengan seorang karyawan yang dahulu begitu dekat dengan karyawan lainnya, bebas berbicara dengan siapapun dan senantiasa menjaga silaturrahim, tetapi ketika diangkat derajatnya atau kedudukannya sebagai seorang "Direktur atau Pemimpin", karyawan tersebut melupakan teman sejawatnya, membatasi waktu bicara kepada teman atau rekan kerjanya dan mulai "memilih" teman atau rekan kerja yang dianggapnya setingkat. Maka, sesungguhnya dengan karyawan tersebut membatasi diri dan beranggapan lebih baik berkawan hanya dengan yang setingkat derajat atau kedudukannya, maka sama saja hal tersebut dengan membatasi rezeki dan karunia dari-Nya, sehingga wajar ketika اَللّهُ SWT menghukum dan membuatnya "terpuruk" tak ada satupun teman atau rekan sejawat yang akan membantunya, walau jika diperhitungkan masa kebaikan yang dilakukan dahulu lebih lama dari perubahan sikapnya. Mungkin inilah yang disebut : "Setitik nila akan merusak susu sebelanga."
Akan tetapi, jika kamu sibuk dengan mentaati اَللّهُ SWT daripada mengurus harta dan tetap menjaga silaturrahim, maka Dia akan memberikan anugerah kepadamu dan tidak akan berkurang sebijipun. Harta dan kedudukan akan menjadi pelayanmu. Sedangkan kamu menjadi pelayan Dzat Yang Maha Kuasa, sehingga kamu hidup didunia penuh dengan kenikmatan dan kemuliaan. Dan, diakhirat kelak, kamu dimuliakan dan dilayani dengan baik di surga bersama dengan shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih.
Ref. Kitab Nasihat dan Wirid. - Syekh Abdul Qadir Al-Jailan
وَالسَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ
وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه
No comments