Kekacauan Fikiran Akibat Fanatik Kepada Diluar Ajaran Agama
Assalamu'alaikum wr.wb.
Sudah lama saya melihat umat Islam ketika akan memberikan nasihat menjadi hati-hati, karena takut akan dibenturkan dengan aturan hukum "SARA" dan "HAM" yang sudah jelas merupakan produk dan aturan non muslim yang juga dijadikan alat untuk berlindung dibaliknya. Padahal di zaman Rasulullah dan kekhalifahan umat Islam begitu lantang menyerukan dakwah dan bahkan jihad.
Namun kalau kita lihat sekarang, karena fanatisme terhadap sesuatu atau seseorang, maka kadangkala seorang muslim lupa untuk berfikir jernih bahkan obyektif. Misalnya ketika seruan dakwah dilakukan untuk bepegang teguh pada tali dijalan Allah dan membina ukhuwah Islamiyah dengan memilih seorang pemimpin muslim, sesuai Al-Qur'an dan Hadits maka hal tersebut dianggap SARA, dan anehnya terkadang suara tersebut datangnya dari umat Islam itu sendiri....
Mungkin inilah akibat dari fanatisme terhadap sesuatu atau seseorang atau kelompok, sehingga semua ajaran Islam tertutupi dengan sikap fanatiknya.
Padahal sikap fanatik atau disebut juga ashobiyah ini memiliki dampak yang sangat berbahaya. Yaitu menolak kebenaran yang datang dari seseorang, organisasi atau kelompok lain padahal sesuai dengan syari’at Islam. Sikap menolak kebenaran inilah yang diancam oleh nabi sallahu ‘alaihi wasallam dalam hadistnya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ». قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ « إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ »
Dari Abdullah bin Mas’ud dari nabi sallaahualaihi wasallam bersabda : tidak akan masuk jannah seseorang yang terdapat dalam hatinya seberat biji sawi dari kesombongan. Berkata ( para sahabat ) bagaimana jika seseorang senang dengan pakain dan sendal yang bagus ?. bersabda : sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan seseorang. [ HR. Muslim ].
Coba kita perhatikan juga apa yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengungkapkan prinsip agar tidak terkena ashobiyah (sebagai sikap yang fanatik secara berlebihan).
فَإِنْ كَانُوْا مُجْتَمِعِيْنَ عَلَى مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلِهِ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ وَلاَ نُقْصَانٍ فَهُمْ مُؤْمِنُوْنَ لَهُمْ مَا لَهُمْ وَعَلَيْهِمْ مَا عَلَيْهِمْ، وَإِنْ كَانُوْا قَدْ زَادُوْا فِي ذَلِكَ وَنَقَصُوْا مِثْلُ التَعَصَبِ لِمَنْ دَخَلَ فِي حِزْبِهِمْ بِالْحِقِّ وَالْبَاطِلِ وَالْأَعْرَاضِ عَمَّنْ لَمْ يَدْخُلُ فِي حِزْبِهِمْ سَوَاءٌ كَانَ عَلَى الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ فَهَذَا مِنَ التَفَرُّقِ الذِيْ ذَمَّهُ اللهُ تَعَالَى وَرَسُوْلَهُ
Apabila mereka berkumpul atas apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya tanpa menambahi dan mengurangi, maka mereka adalah orang yang beriman, bagi mereka apa yang menjadi milik mereka dan atas mereka apa yang menjadi kewajiban mereka. (Tetapi), apabila mereka telah menambah dan menguranginya seperti ta’ashub(fanatik) terhadap orang yang masuk ke dalam hizb mereka dengan kebenaran maupun kebatilan, dan menolak terhadap orang yang tidak masuk ke dalam hizb mereka berdasarkan kebenaran atau kebatilan, maka inilah perpecahan yang dicela Allah dan Rasulnya. (Majmu’ Fatawa juz 11, halaman 92-94).
Dalam kitab Majmu’ juz 28 hal 20 Ibnu Taimiyah juga berkata, Barang siapa bersekutu kepada seseorang untuk berwali kepada orang yang dijadikannya wali dan memusuhi orang yang dimusuhinya, maka ia termasuk jenis mujahidin tatar di jalan syaithan. Seperti ini bukanlah termasuk mujahidin fi sabililah, bukan juga serdadu muslim. Tidak boleh orang seperti ini dimasukkan ke dalam tentara muslim, tetapi mereka termasuk tentara syaithan.
Diluar fanatisme dan ada yang juga cukup memprihatinkan yakni ketika umat Islam ingin bangkit dan membalas, atas sesuatu kekejaman dan penindasan terhadap umat Islam, mereka akan dibenturkan dengan hukum HAM. Sehingga umat Islam ragu untuk bangkit karena seringnya dibenturkan dengan hukum HAM, umat Islam mulai melemah dan lambat laun ajaran non muslim meracuninya sehingga timbulah konflik antar umat Islam itu sendiri, yang satu berpegang pada hukum Al-Qur'an dan hadits dan dianggap kolot, dilain pihak mengacu pada hukum HAM dan dianggap intelek. Tanpa disadari oleh kita, umat non muslim tersenyum dan gembira karena melihat umat Islam mulai berselisih faham dan secara tidak langsung ajaran HAM ciptaan mereka diterima.
Ketahuilah fanatik terhadap Agama Allah SWT sangat dianjurkan, karena dengan begitu kita akan meyakini dan melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah, sementara fanatik diluar dari ajaran agama Allah SWT sangat tidak dianjurkan atau dilarang karena akan menimbulkan perselisihan dan merusak obyektifitas dalam berfikir.
Akhir kalam, marilah kita simak hadits berikut ini :
“Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodhiallahu’anhu ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesankan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat“. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)
Wallahu allam bisshowab
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Sudah lama saya melihat umat Islam ketika akan memberikan nasihat menjadi hati-hati, karena takut akan dibenturkan dengan aturan hukum "SARA" dan "HAM" yang sudah jelas merupakan produk dan aturan non muslim yang juga dijadikan alat untuk berlindung dibaliknya. Padahal di zaman Rasulullah dan kekhalifahan umat Islam begitu lantang menyerukan dakwah dan bahkan jihad.
Namun kalau kita lihat sekarang, karena fanatisme terhadap sesuatu atau seseorang, maka kadangkala seorang muslim lupa untuk berfikir jernih bahkan obyektif. Misalnya ketika seruan dakwah dilakukan untuk bepegang teguh pada tali dijalan Allah dan membina ukhuwah Islamiyah dengan memilih seorang pemimpin muslim, sesuai Al-Qur'an dan Hadits maka hal tersebut dianggap SARA, dan anehnya terkadang suara tersebut datangnya dari umat Islam itu sendiri....
Mungkin inilah akibat dari fanatisme terhadap sesuatu atau seseorang atau kelompok, sehingga semua ajaran Islam tertutupi dengan sikap fanatiknya.
Padahal sikap fanatik atau disebut juga ashobiyah ini memiliki dampak yang sangat berbahaya. Yaitu menolak kebenaran yang datang dari seseorang, organisasi atau kelompok lain padahal sesuai dengan syari’at Islam. Sikap menolak kebenaran inilah yang diancam oleh nabi sallahu ‘alaihi wasallam dalam hadistnya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ ». قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً. قَالَ « إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ »
Dari Abdullah bin Mas’ud dari nabi sallaahualaihi wasallam bersabda : tidak akan masuk jannah seseorang yang terdapat dalam hatinya seberat biji sawi dari kesombongan. Berkata ( para sahabat ) bagaimana jika seseorang senang dengan pakain dan sendal yang bagus ?. bersabda : sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan seseorang. [ HR. Muslim ].
Coba kita perhatikan juga apa yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengungkapkan prinsip agar tidak terkena ashobiyah (sebagai sikap yang fanatik secara berlebihan).
فَإِنْ كَانُوْا مُجْتَمِعِيْنَ عَلَى مَا أَمَرَ اللهُ بِهِ وَرَسُوْلِهِ مِنْ غَيْرِ زِيَادَةٍ وَلاَ نُقْصَانٍ فَهُمْ مُؤْمِنُوْنَ لَهُمْ مَا لَهُمْ وَعَلَيْهِمْ مَا عَلَيْهِمْ، وَإِنْ كَانُوْا قَدْ زَادُوْا فِي ذَلِكَ وَنَقَصُوْا مِثْلُ التَعَصَبِ لِمَنْ دَخَلَ فِي حِزْبِهِمْ بِالْحِقِّ وَالْبَاطِلِ وَالْأَعْرَاضِ عَمَّنْ لَمْ يَدْخُلُ فِي حِزْبِهِمْ سَوَاءٌ كَانَ عَلَى الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ فَهَذَا مِنَ التَفَرُّقِ الذِيْ ذَمَّهُ اللهُ تَعَالَى وَرَسُوْلَهُ
Apabila mereka berkumpul atas apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya tanpa menambahi dan mengurangi, maka mereka adalah orang yang beriman, bagi mereka apa yang menjadi milik mereka dan atas mereka apa yang menjadi kewajiban mereka. (Tetapi), apabila mereka telah menambah dan menguranginya seperti ta’ashub(fanatik) terhadap orang yang masuk ke dalam hizb mereka dengan kebenaran maupun kebatilan, dan menolak terhadap orang yang tidak masuk ke dalam hizb mereka berdasarkan kebenaran atau kebatilan, maka inilah perpecahan yang dicela Allah dan Rasulnya. (Majmu’ Fatawa juz 11, halaman 92-94).
Dalam kitab Majmu’ juz 28 hal 20 Ibnu Taimiyah juga berkata, Barang siapa bersekutu kepada seseorang untuk berwali kepada orang yang dijadikannya wali dan memusuhi orang yang dimusuhinya, maka ia termasuk jenis mujahidin tatar di jalan syaithan. Seperti ini bukanlah termasuk mujahidin fi sabililah, bukan juga serdadu muslim. Tidak boleh orang seperti ini dimasukkan ke dalam tentara muslim, tetapi mereka termasuk tentara syaithan.
Diluar fanatisme dan ada yang juga cukup memprihatinkan yakni ketika umat Islam ingin bangkit dan membalas, atas sesuatu kekejaman dan penindasan terhadap umat Islam, mereka akan dibenturkan dengan hukum HAM. Sehingga umat Islam ragu untuk bangkit karena seringnya dibenturkan dengan hukum HAM, umat Islam mulai melemah dan lambat laun ajaran non muslim meracuninya sehingga timbulah konflik antar umat Islam itu sendiri, yang satu berpegang pada hukum Al-Qur'an dan hadits dan dianggap kolot, dilain pihak mengacu pada hukum HAM dan dianggap intelek. Tanpa disadari oleh kita, umat non muslim tersenyum dan gembira karena melihat umat Islam mulai berselisih faham dan secara tidak langsung ajaran HAM ciptaan mereka diterima.
Ketahuilah fanatik terhadap Agama Allah SWT sangat dianjurkan, karena dengan begitu kita akan meyakini dan melaksanakan seluruh perintah Allah dan menjauhi segala larangan Allah, sementara fanatik diluar dari ajaran agama Allah SWT sangat tidak dianjurkan atau dilarang karena akan menimbulkan perselisihan dan merusak obyektifitas dalam berfikir.
Akhir kalam, marilah kita simak hadits berikut ini :
“Dari sahabat ‘Irbadh bin As Sariyyah rodhiallahu’anhu ia berkata: Pada suatu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم shalat berjamaah bersama kami, kemudian beliau menghadap kepada kami, lalu beliau memberi kami nasehat dengan nasehat yang sangat mengesankan, sehingga air mata berlinang, dan hati tergetar. Kemudian ada seorang sahabat yang berkata: Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasehat seorang yang hendak berpisah, maka apakah yang akan engkau wasiatkan (pesankan) kepada kami? Beliau menjawab: Aku berpesan kepada kalian agar senantiasa bertaqwa kepada Allah, dan senantiasa setia mendengar dan taat ( pada pemimpin/penguasa , walaupun ia adalah seorang budak ethiopia, karena barang siapa yang berumur panjang setelah aku wafat, niscaya ia akan menemui banyak perselisihan. Maka hendaknya kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafa’ Ar rasyidin yang telah mendapat petunjuk lagi bijak. Berpegang eratlah kalian dengannya, dan gigitlah dengan geraham kalian. Jauhilah oleh kalian urusan-urusan yang diada-adakan, karena setiap urusan yang diada-adakan ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat“. (Riwayat Ahmad 4/126, Abu Dawud, 4/200, hadits no: 4607, At Tirmizy 5/44, hadits no: 2676, Ibnu Majah 1/15, hadits no:42, Al Hakim 1/37, hadits no: 4, dll)
Wallahu allam bisshowab
Wassalamu'alaikum wr.wb.
No comments