ADAB DAN HUKUM MENJENGUK ORANG SAKIT
السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
“Tiada seorang muslim pun yang membesuk saudaranya yang sakit, melainkan
Allah mengutus baginya 70.000 malaikat agar mendoakannya kapan pun di
siang hari hingga sore harinya, dan kapan pun di sore hari hingga pagi
harinya.” (musnad ahmad 2/110, syaikh ahmad syakir mengatakan bahwa
sanadnya shahih).
Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna dalam syarahnya menjelaskan, ‘Shalawat malaikat bagi anak adam ialah dengan mendoakan agar mereka diberi rahmat dan maghfirah. Sedang yang dimaksud dengan ‘kapanpun di siang hari’ yakni waktu ia menjenguk. Jika ia menjenguknya di siang hari, maka malaikat mendoakannya hingga sore hari dan bila ia menjenguknya di malam hari, maka malaikat mendoakannya hingga pagi.
Oleh karena itu, orang yang berniat hendaknya berangkat sepagi mungkin di awal siang, atau bersegera begitu malam menjelang, agar semakin banyak didoakan malaikat.
“Siapa yang membesuk orang sakit di pagi hari akan diiring oleh 70.000 malaikat, semuanya memohonkan ampun untuknya hingga sore hari, dan ia mendapat taman di jannah. Jika ia membesuknya di sore hari, ia akan diiring oleh 70 ribu malaikat yang semuanya memintakan ampun untuknya hingga pagi, dan ia mendapat taman di jannah.”
(musnad ahmad 2/206, hadits 975. Syaikh ahmad syakir menilai hadits ini shahih)
Syaikh Ahmad Abdurrahman al Banna dalam syarahnya menjelaskan, ‘Shalawat malaikat bagi anak adam ialah dengan mendoakan agar mereka diberi rahmat dan maghfirah. Sedang yang dimaksud dengan ‘kapanpun di siang hari’ yakni waktu ia menjenguk. Jika ia menjenguknya di siang hari, maka malaikat mendoakannya hingga sore hari dan bila ia menjenguknya di malam hari, maka malaikat mendoakannya hingga pagi.
Oleh karena itu, orang yang berniat hendaknya berangkat sepagi mungkin di awal siang, atau bersegera begitu malam menjelang, agar semakin banyak didoakan malaikat.
“Siapa yang membesuk orang sakit di pagi hari akan diiring oleh 70.000 malaikat, semuanya memohonkan ampun untuknya hingga sore hari, dan ia mendapat taman di jannah. Jika ia membesuknya di sore hari, ia akan diiring oleh 70 ribu malaikat yang semuanya memintakan ampun untuknya hingga pagi, dan ia mendapat taman di jannah.”
(musnad ahmad 2/206, hadits 975. Syaikh ahmad syakir menilai hadits ini shahih)
AKU SAKIT, TETAPI KAMU TIDAK MENJENGUK-KU
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,: “Sesungguhnya pada hari kiamat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,’Hai Anak Adam, Aku Sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.’Dia berkata. ‘Wahai Rabb-ku, bagaimana saya menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?!’Dia berfirman, ‘Tidak tahukah kamu bahwa hamba-Ku, fulan, sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidak tahukah kamu jika kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisi-Nya.’(diriwayatkan oleh Muslim, no. 2569)
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,: “Sesungguhnya pada hari kiamat Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,’Hai Anak Adam, Aku Sakit, tetapi kamu tidak menjenguk-Ku.’Dia berkata. ‘Wahai Rabb-ku, bagaimana saya menjenguk-Mu, padahal Engkau adalah Rabb semesta alam?!’Dia berfirman, ‘Tidak tahukah kamu bahwa hamba-Ku, fulan, sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidak tahukah kamu jika kamu menjenguknya, kamu akan mendapati Aku berada di sisi-Nya.’(diriwayatkan oleh Muslim, no. 2569)
HUKUM MENJENGUK ORANG SAKIT
Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal).” (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)
Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat Imam Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di dalam kitab shahih nya. Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka. Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk orang sakit hukumnya bukan wajib ‘ain, melainkan wajib kifayah.
MANFAAT MENJENGUK ORANG SAKIT
Menjenguk orang sakit diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Al Bara bin Azib radhiyallahu anhu meriwayatkan, “Nabi menyuruh kita tujuh hal dan melarang kita tujuh hal. Beliau menyuruh kita untuk mengantarkan jenazah, menjenguk orang sakit, memenuhi undangan, menolong orang yang teraniaya, melaksanakn sumpah, menjawab salam, dan mendoakan orang yang bersin. Dan beliau melarang kita memakai wadah (bejana) dari perak, cincin emas, kain sutera, dibaj (sutera halus), qasiy (sutera kasar), dan istibraq (sutera tebal).” (Bukhari no.1239; Muslim no.2066)
Hadits-hadits yang memerintahkan kita untuk menjenguk orang sakit, membuat Imam Bukhari membuat “bab Wujubi ‘Iyadatil-Maridh” (Bab Kewajiban Menjenguk Orang Sakit) di dalam kitab shahih nya. Imam Ath Thabari menekankan bahwa menjenguk orang sakit merupakan kewajiban bagi orang yang diharapkan berkah (dari Allah datang lewat diri) nya, disunnahkan bagi orang yang memelihara kondisinya, dan mubah bagi mereka. Imam Nawawi mengutip kesepakatan ulama bahwa menjenguk orang sakit hukumnya bukan wajib ‘ain, melainkan wajib kifayah.
MANFAAT MENJENGUK ORANG SAKIT
Selain
mendapat keutamaan sebagaimana hadits-hadits yang disebutkan diatas,
menjenguk orang sakit memiliki beberapa manfaat, diantaranya:
1. Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat menentramkan hati si sakit.
2. Menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.
3. Mencari tahu apa yang diperlukan si sakit.
4. Mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit.
5. Mendoakan si sakit
6. Melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.
MESKI SAKIT RINGAN, TETAP DIJENGUK
1. Menjenguk orang sakit berpotensi memberi perasaan dan kesan kepadanya bahwa ia diperhatikan orang-orang disekitarnya, dicintai, dan diharapkan segera sembuh dari sakitnya. Hal ini dapat menentramkan hati si sakit.
2. Menjenguk orang sakit dapat menumbuhkan semangat, motivasi, dan sugesti dari pasien; hal ini dapat menjadi kekuatan khusus dari dalam jiwanya untuk melawan sakit yang dialaminya. Dalam dirinya ada energi hebat untuk sembuh.
3. Mencari tahu apa yang diperlukan si sakit.
4. Mengambil pelajaran dari penderitaan yang dialami si sakit.
5. Mendoakan si sakit
6. Melakukan ruqyah (membaca ayat-ayat tertentu dari Al Quran) yang syar’i.
MESKI SAKIT RINGAN, TETAP DIJENGUK
Hadits-hadits
yang ada, menyuruh dan mengajurkan untuk menjenguk orang sakit, baik
yang sakit kecil maupun dewasa, anak-anak maupun orang tua, dari kaum
laki-laki maupun wanita. Sakit ringan maupun berat. Yang sakit
terpelajar atau bukan, orang kota maupun desa, pejabat maupun rakyat
jelata, miskin maupun kaya, mengerti makna menjenguk orang sakit atau
pun tidak. Menjenguk orang sakit tetap dianjurkan, bahkan terkadang,
dalam kondisi tertentun menjadi wajib, tanpa melihat bentuk penyakit
tersebut, apakah tergolong parah atau ringan.
Hal ini sudah mulai memudar di antara kita, bahkan seringkali sebagian kita hanya merasa perlu menjenguk teman, saudara, atau kenalan yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama terbaring di rumah, hanya sedikit yang menjenguknya. Apalagi jika penyakit tersebut digolongkan penyakit ringan. Padahal, nabi shallallahu alaihi wa sallam menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’ sakit mata. Sakit mata biasa, bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat lainnya!AL Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang sakit mata, bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits Zaid bin Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjenguk saya karena saya sakit mata.’ (lihat adabul mufrad, no.532)
Hal ini sudah mulai memudar di antara kita, bahkan seringkali sebagian kita hanya merasa perlu menjenguk teman, saudara, atau kenalan yang sakit; jika sudah masuk rumah sakit. Sekian lama terbaring di rumah, hanya sedikit yang menjenguknya. Apalagi jika penyakit tersebut digolongkan penyakit ringan. Padahal, nabi shallallahu alaihi wa sallam menjenguk salah seorang sahabatnya yang ‘hanya’ sakit mata. Sakit mata biasa, bukan sejenis kebutaan atau penyakit mata berat lainnya!AL Hafizh Ibnu Hajar berkata, ‘mengenai menjenguk orang yang sakit mata, bahkan sudah ada hadits khusus yang membicarakannya, yaitu hadits Zaid bin Arqam, dia menceritakan, ‘Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjenguk saya karena saya sakit mata.’ (lihat adabul mufrad, no.532)
MENJENGUK LAWAN JENIS
Wanita
boleh menjenguk laki-laki yang sedang sakit, ataupun sebaliknya;
meskipun bukan mahramnya. Akan tetapi, hal ini dengan syarat aman dari
fitnah, menutup aurat, dan tidak terjadi khalwat (berduaan dengan lawan
jenis). Aisyah radhiyallahu anha meriwayatkan, Ketika Rasulullah
shallalallahu alaihi wa sallam tiba di madinah, Abu Bakar dan Bilal
terserang demam. Kemudian, kata Aisyah, aku menemui mereka dan bertanya,
‘Ayah, bagaimana keadaanmu?’ ‘Wahai Bilal, bagaimana keadaanmu?”(HR.
Bukhari no.5654)
Ibnu Syihab meriwayatkan dari Abu Umamah bin Sahal bin Hanaif,’Bahwa dirinya diberitahu bahwasanya ada seorang wanita miskin yang sedang sakit. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pun diberitahu tentang sakitnya wanita tersebut. Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dahulu suka menjenguk orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka.”(HR. Malik, Al Muwaththo’ no.531)
BOLEHKAN MENJENGUK ORANG MUSYRIK?
Ibnu Syihab meriwayatkan dari Abu Umamah bin Sahal bin Hanaif,’Bahwa dirinya diberitahu bahwasanya ada seorang wanita miskin yang sedang sakit. Kemudian Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam pun diberitahu tentang sakitnya wanita tersebut. Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dahulu suka menjenguk orang-orang miskin dan menanyakan keadaan mereka.”(HR. Malik, Al Muwaththo’ no.531)
BOLEHKAN MENJENGUK ORANG MUSYRIK?
Menjenguk
orang kafir oleh sabagian ulama dihukumi makruh. Hal ini dikarenakan:
secara implisit (tidak langsung) merupakan penghormatan kepada
mereka.(lihat At-Tamhid, Ibnu Abdil Bar, 24/276). Namun sebagian ulama
yang lain berpendapat bolehnya menjenguk orang kafir apabila ada harapan
untuk masuk islam. Pendapat ini lebih dekat kepada apa yang dilakukan
oleh Rasullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Anas bin Malik
meriwayatkan,’Bahwasanya ada seorang anak muda Yahudi yang pernah
menjadi pembantu Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia sakit, lalu Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam datang menjenguknya. Kemudian beliau
bersabda, ‘Masuklah Islam!” Maka dia pun masuk Islam.”(HR. Bukhari
no.5657)
Sa’id bin Musayyib meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata,’Ketika Abu Thalib hendak dijemput kematian. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendatanginya seraya bersabda, ‘Ucapkanlah ‘Laa ilaaha illa Allah’ sebuah kalimat yang bisa aku jadikan sebagai hujjah untukmu di sisi Allah kelak.’(HR. Bukhari no.6681)
Sa’id bin Musayyib meriwayatkan dari ayahnya, dia berkata,’Ketika Abu Thalib hendak dijemput kematian. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendatanginya seraya bersabda, ‘Ucapkanlah ‘Laa ilaaha illa Allah’ sebuah kalimat yang bisa aku jadikan sebagai hujjah untukmu di sisi Allah kelak.’(HR. Bukhari no.6681)
KAPAN WAKTU MENJENGUK ORANG SAKIT?
Tidak
ada statemen dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menerangkan
waktu-waktu tertentu untuk menjenguk orang sakit. Oleh karena itu, dapat
dilakukan kapan saja, selama tidak merepotkan si sakit dan keluarganya.
Salah satu alasan menjenguk orang sakit adalah meringankan penderitaan
si sakit dan memberinya dukungan moral, sehingga sangat tidak bijaksana
jika kedatangan kita malah merepotkan yang bersangkutan.Waktu yang tepat
untuk menjenguk berbeda-beda pada setiap keadaan. Berbeda-beda dari
waktu ke waktu dan antara satu tempat dengan tempat lainnya. Oleh karena
itu, kita harus jeli mencari waktu yang pas untuk menjenguk, mampu
memperkirakan kondisi si sakit & keluarganya (sedang beristirahat
atau tidak, sedang banyak tamu atau tidak, dan lain sabagainya).
PERSINGKAT WAKTU KUNJUNGAN
Hendaknya
kita memperhatikan waktu ketika menjenguk orang sakit. Jangan sampai
terlalu lama, karena hal ini bisa membebani bahkan menambah penderitaan
si sakit ataupun keluarganya. Ibnu Thowuss mengatakan bahwa ayahnya
pernah berkata, ‘Sebaik-baik kunjungan kepada orang sakit ialah yang
paling singkat.’Asy-Sya’bi mengatakan, ‘Kunjungan orang dungu lebih
berat dirasakan oleh keluarga si sakit daripada sakitnya salah seorang
angota keluarga mereka. Yaitu, orang yang datang menjenguk pada waktu
yang tidak tepat dan duduk terlalu lama.’(lihat At-Tamhid, Ibnu Abdil
Bar, 24/277). Namun, apabila si sakit suka berlama-lama dengan
penjenguknya, dan ingin dikunjungi sesering mungkin, maka sebaiknya
keinginan tersebut dikabulkan oleh si penjenguk. Sebab, hal ini berarti
memberikan kegembiraan dan dukungan moral kepada si sakit. Hal ini
pernah dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terhadap
Sa’ad bin Mu’adz sewaktu ia menjadi korban perang Khandaq. Ketika itu
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan agar Sa’ad dibuatkan
kemah di dalam masjid agar beliau bisa menjenguknya dari dekat. Sahabat
mana yang tidak suka ditunggui oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
dan dikunjungi berulang kali? (lihat Bukhari no.463)
BERAPA KALI MENJENGUK SESEORANG?
Hal
ini dikembalikan kepada kebiasaan, kondisi penjenguk, kondisi si sakit,
berapa jauh hubungan yang bersangkutan dengan si sakit.Orang yang lama
jatuh sakit, maka dia dijenguk dari waktu ke waktu, dalam hal ini tidak
ada batasan waktu tertentu.
MENJENGUK ORANG YANG PINGSAN ATAU KOMA
Orang
sakit yang dapat merasakan kehadiran kita dan yang tidak dapat
merasakan kehadiran kita (misalnya karena pingsan atau koma), sama-sama
memiliki hak untuk dijenguk. Janganlah kita enggan menjenguknya, dengan
alasan, toh…mereka tidak tahu dijenguk atau tidak…mereka tidak dapat
merasakan kehadiran kita. Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan, ‘Anjuran
menjenguk orang sakit tidak hanya ditujukan agar si sakit mengetahui
penjenguknya. Sebab, di balik kunjungan itu ada dukungan moral kepada
keluarganya, harpaan mendapatkan berkah dari doa penjenguk, sentuhan
tangannya kepada si sakit, meniupkan bacaan mu’awwidzat, dan
lain-lain.’(Fathul baari, 10/119)
DIMANA POSISI DUDUK PENJENGUK?
Orang
yang menjenguk, dianjurkan duduk di dekat si sakit.’Adalah nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika menjenguk orang sakit, beliau duduk
di sisi kepalanya.’(HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad, no.536, hadits
shahih)
Diantara manfaat duduk di sisi kepala si sakit: memberi rasa akrab kepada si sakit, dan memungkinkan bagi penjenguk untuk menyentuh si sakit, memanjatkan doa untuknya, meniupnya dengan ruqyah, dan lain sebagainya.
Diantara manfaat duduk di sisi kepala si sakit: memberi rasa akrab kepada si sakit, dan memungkinkan bagi penjenguk untuk menyentuh si sakit, memanjatkan doa untuknya, meniupnya dengan ruqyah, dan lain sebagainya.
MENANYAKAN KEADAAAN SI SAKIT
Ada baiknya
kita menanyakan keadaan si sakit, sebagaimana yang dilakukan oleh Aisyah
Radhiyallahu Anha,Ketika Rasulullah shallalallahu alaihi wa sallam tiba
di madinah, Abu Bakar dan Bilal terserang demam. Kemudian, kata Aisyah,
aku menemui mereka dan bertanya, ‘Ayah, bagaimana keadaanmu?’ ‘Wahai
Bilal, bagaimana keadaanmu?” (HR. Bukhari no.5654)
JANGAN PAKSA SI SAKIT BERCERITA PANJANG LEBAR
Diantara
maksud mengunjungi si sakit adalah untuk meringankan kan
penderitaannya, oleh karena itu jangan sampai membebani bahkan menambah
penderitaan si sakit ataupun keluarganya.Satu hal yang dapat membebani
si sakit atau keluarganya adalah pertanyaan kronologis musibah atau
penyakit. Si sakit atau keluarga diminta untuk menceritakan kronologis
kejadian yang cukup panjang; dan repotnya lagi, cerita ini harus
diceritakan berulang kali karena hampir setiap pembesuk menanyakan,
‘awal mulanya bagaimana?’ ; ‘kejadiannya bagaimana?’[ ….Pengalaman saya,
saking lelahnya untuk menjawab pertanyaan-pertanya an yang berulang
tersebut, suatu saat ketika ada anggota keluarga yang sakit, ada niatan
untuk menjelaskan kronologis & riwayat penyakit, gejala-gejala,
pengobatan yang sudah dilakukan, dan lain sabagainya dalam sebuah
tulisan, sehingga ketika ada pembesuk yang bertanya, tinggal diminta
untuk membaca tulisan tersebut. Atau si sakit diminta bercerita sekali
untuk direkam. Ketika pembesuk datang, kita tinggal mendengarkan rekaman
tersebut. Yang terkadang lebih menjengkelkan lagi, … pengunjung kurang
puas ketika anggota keluarga yang menceritakan, menjelaskan. mereka
ingin mendengar langsung dari si sakit. padahal, si sakit dalam keadaan
lemah, dan sudah berulang kali menceritakan hal yang sama. semoga
kejadian ini tidak menimpa pembaca. …. ]
HIBUR & BERIKAN HARAPAN SEMBUH
Ada
baiknya penjenguk menghibur si sakit atau keluarga si sakit dengan
pahala-pahala yang akan di dapat mereka.’Setiap muslim yang terkena
musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan Allah hapuskan berbagai
kesalahannya, seperti sebuah pohon meruntuhkan daun-daunnya.’(HR.
Muslim)
“Cobaan itu akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya, ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Tirmidzi)
“Saat orang-orang tertimpa musibah diberi pahala di hari kiamat nanti, orang-orang yang selamat dari berbagai musibah tersebut berharap seandainya dahulu di dunia kulit mereka dikerat dengan gergaji besi.”(HR. Tirmidzi)
Ada baiknya pula penjenguk memberikan harapan sembuh kepada si sakit. Misalnya dengan mengatakan.’Tidak perlu kuatir, insya Allah Anda akan sembuh.’atau ‘penyakit ini tidak berbahaya, Anda akan segera sembuh,insya Allah.’atau kalimat-kalimat lain yang dapat menumbuhkan semangatnya untuk sembuh.
JANGAN MENAKUT-NAKUTI
“Cobaan itu akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya, ataupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Tirmidzi)
“Saat orang-orang tertimpa musibah diberi pahala di hari kiamat nanti, orang-orang yang selamat dari berbagai musibah tersebut berharap seandainya dahulu di dunia kulit mereka dikerat dengan gergaji besi.”(HR. Tirmidzi)
Ada baiknya pula penjenguk memberikan harapan sembuh kepada si sakit. Misalnya dengan mengatakan.’Tidak perlu kuatir, insya Allah Anda akan sembuh.’atau ‘penyakit ini tidak berbahaya, Anda akan segera sembuh,insya Allah.’atau kalimat-kalimat lain yang dapat menumbuhkan semangatnya untuk sembuh.
JANGAN MENAKUT-NAKUTI
Apa
yang kita sampaikan kepada si sakit maupun keluarganya, harus kita
perhatikan benar-benar. Ucapkanlah kalimat-kalimat yang baik, yang dapat
menumbuhkan motivasi atau meringankan musibah yang dialami mereka.
Jangan sampai apa yang kita sampaikan malah menimbulkan rasa takut &
cemas terhadap si sakit maupun keluarganya.
Diantara yang dapat menimbulkan rasa takut adalah cerita atau kabar bahwa seseorang mengalami hal yang sama, namun berakhir dengan cacat seumur hidup, dengan kematian…. ; kalau maksud yang bercerita adalah agar keluarga si sakit berhati-hati dan waspada terhadap musibah yang diderita si sakit, alangkah baiknya jika di kemas dengan kalimat-kalimat yang baik.[…. pengalaman saya, ketika anggota keluarga ada yang sakit, ada beberapa pengunjung yang bercerita yang malah menimbulkan ketakutan bagi si sakit; ‘wah, hati-hati. saudara dan teman-teman saya yang mengalami seperti ini harus dioperasi. operasi nya begini…begini. … biaya begini…. hasilnya; kalau gak wassalam -maksudnya meninggal-, ya cacat seumur hidup…. Kemudian menceritakan masing-masing orang. Si A…. si B…. si C ….Kejadian seperti ini sering terjadi, pingin nya mengusir bahkan mendepak keluar penjenguk yang memiliki perangai seperti itu,…namun sayang orangnya lebih tua dari saya!!! Bagi saya… yang masih sadar, mungkin bisa mengabaikan cerita tersebut, namun tidak ada jaminan cerita tersebut tidak masuk dalam benak si sakit ataupun anggota keluarga yang lain. Semoga kita dijauhkan dari hal yang demikian. amin. ….]
Diantara yang dapat menimbulkan rasa takut adalah cerita atau kabar bahwa seseorang mengalami hal yang sama, namun berakhir dengan cacat seumur hidup, dengan kematian…. ; kalau maksud yang bercerita adalah agar keluarga si sakit berhati-hati dan waspada terhadap musibah yang diderita si sakit, alangkah baiknya jika di kemas dengan kalimat-kalimat yang baik.[…. pengalaman saya, ketika anggota keluarga ada yang sakit, ada beberapa pengunjung yang bercerita yang malah menimbulkan ketakutan bagi si sakit; ‘wah, hati-hati. saudara dan teman-teman saya yang mengalami seperti ini harus dioperasi. operasi nya begini…begini. … biaya begini…. hasilnya; kalau gak wassalam -maksudnya meninggal-, ya cacat seumur hidup…. Kemudian menceritakan masing-masing orang. Si A…. si B…. si C ….Kejadian seperti ini sering terjadi, pingin nya mengusir bahkan mendepak keluar penjenguk yang memiliki perangai seperti itu,…namun sayang orangnya lebih tua dari saya!!! Bagi saya… yang masih sadar, mungkin bisa mengabaikan cerita tersebut, namun tidak ada jaminan cerita tersebut tidak masuk dalam benak si sakit ataupun anggota keluarga yang lain. Semoga kita dijauhkan dari hal yang demikian. amin. ….]
MEMAHAMI KELUHAN SI SAKIT
Keluhan yang diucapkan si sakit ada dua kemungkinan:
Pertama, diucapkan sebagai ekspresi kekesalan dan kejengkelan. Hal ini tentu saja dilarang oleh agama Islam, karena merupakan indikator lemahnya keyakinan dan tidak rela terhadap qadha dan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila kita mendengar keluhan semacam ini, si sakit segera diingatkan, dinasehati dengan cara yang baik.
Kedua, diucapkan dalam rangka memberi informasi tentang dirinya tanpa mengharap belas kasih kepada makhluk dan tidak pula menggantungkan harapan kepada mereka. Hal ini tentu saja boleh dilakukan, bahkan didukung oleh dalil syari: Ibnu Mas’ud meriwayatkan:’Aku pernah menghadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sementara beliau sedang menderita demam. Lalu aku menyentuhnya dengan tanganku, kemudian aku mengatakan, ‘Sungguh, Engkau menderita demam yang sangat berat.’ Beliau menjawab, ‘Ya, seperti layaknya demam yang diderita oleh dua orang dari kalian.’ ‘Engkau mendapat dua pahala?’ tanya Ibnu Mas’ud. Beliau menjawab ,’Ya. Tidaklah seorang muslim mengalami penderitaan -sakit dan sebagainya- melainkan Allah akan merontokkan keburukan-keburukan nyaa sebagaimana pohon merontokkan daunnya.”(HR. Bukhari no.5667)
Pertama, diucapkan sebagai ekspresi kekesalan dan kejengkelan. Hal ini tentu saja dilarang oleh agama Islam, karena merupakan indikator lemahnya keyakinan dan tidak rela terhadap qadha dan qadar Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila kita mendengar keluhan semacam ini, si sakit segera diingatkan, dinasehati dengan cara yang baik.
Kedua, diucapkan dalam rangka memberi informasi tentang dirinya tanpa mengharap belas kasih kepada makhluk dan tidak pula menggantungkan harapan kepada mereka. Hal ini tentu saja boleh dilakukan, bahkan didukung oleh dalil syari: Ibnu Mas’ud meriwayatkan:’Aku pernah menghadap Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, sementara beliau sedang menderita demam. Lalu aku menyentuhnya dengan tanganku, kemudian aku mengatakan, ‘Sungguh, Engkau menderita demam yang sangat berat.’ Beliau menjawab, ‘Ya, seperti layaknya demam yang diderita oleh dua orang dari kalian.’ ‘Engkau mendapat dua pahala?’ tanya Ibnu Mas’ud. Beliau menjawab ,’Ya. Tidaklah seorang muslim mengalami penderitaan -sakit dan sebagainya- melainkan Allah akan merontokkan keburukan-keburukan nyaa sebagaimana pohon merontokkan daunnya.”(HR. Bukhari no.5667)
MENANGIS DI TEMPAT ORANG YANG SAKIT?
Yang
nampak dari kita, hukumnya boleh. Sebab, Abdullah bin Umar
meriwayatkan,’Sa’ad bin Ubadah pernah mengeluhkan sakit yang di
deritanya, kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam datang
menjenguknya bersama dengan Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash
dan Abdullah bin Mas’ud. Ketika beliau menemuinya, beliau mendapatinya
sedang dikerumuni oleh keluarganya. Lalu beliau bertanya, ‘Apakah dia
sudah meninggal?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ya Rasulullah!’ Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam menangis, dan ketika orang-orang melihat
tangisan nabi, maka mereka pun menangis. Lalu beliau bersabda, ‘Tidakkah
kalian mendengar, sesungguhnya Allah tidak mengadzab karena linangan
air mata maupun kesedihan hati, melainkan mengadzab karena ini -dan
beliau menunjuk ke arah lidahnya- atau Dia berbelas kasih. Dan
sesungguhnya mayit itu akan disiksa karena tangisan keluarganya yang
meratapi (kepergian) nya.’(HR. Bukhori no.1304)
MENDOAKAN SI SAKIT
Orang
yang menjenguk orang sakit hendaknya tidak berkata-kata kecuali sesuatu
yang baik. Sebab para malaikat akan mengamini apa yang akan
diucapkannya. Dari Ummu Salamah, doa mengatakan bahwa Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:’Apabila kamu mendatangi orang
sakit atau mayit, maka ucapkanlah kata-kata yang baik. Karena
sesungguhnya malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.’ Kemudian, kata
Ummu Salamah, ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku pun mendatangi
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam seraya mengatakan, ‘Ya Rasulullah, Abu
Salamah sudah meninggal dunia.’ Beliau lantas bersabda, ‘Ucapkanlah: Ya
Allah, ampunilah aku dan dia, dan berilah aku pengganti yang baik.’
Ummu Salamah berkata, ‘Lalu aku mengatakannya. Kemudian Allah memberiku
pengganti yang lebih baik bagiku daripada dia (Abu Salamah), yakni
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam.’(HR. Muslim no.919)
Orang yang menjenguk orang sakit dianjurkan berdoa agar si sakit diberikan rahmat, ampunan, kebersihan dari dosa, keselamatan, dan kebebasan dari penyakit. Diantara doa yang pernah dibaca oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam:
1. Mengucapkan: “Laa ba’sa thohuurun in syaa’allooh.”‘tidak mengapa, semoga dapat membersihkan kamu (dari dosa) insya Allah.’(riwayat Bukhari dalam al fath: 10/118). Kata ‘tidak mengapa’ maksudnya ialah bahwa sakit itu dapat menghapus kesalahan. Jika mendapat kesembuhan setelah sakit, maka berarti mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Dan jika tidak, maka akan mendapatkan keuntungan berpa penghapusan dosa.
2. Membaca doa: ” As alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi, ayyasyfiyaka.” (7x)”Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, Rabb ‘Arsy yang agung agar menyembuhkanmu.”‘Tidak ada seorang muslim yang menjenguk seorang yang sedang sakit yang belum sampai kepada ajalnya, lalu dia membacakan doa As alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi, ayyasyfiyaka tujuh kali, kecuali dia akan sembuh.’(Shahih At Tirmidzi: 2/210)
Orang yang menjenguk orang sakit dianjurkan berdoa agar si sakit diberikan rahmat, ampunan, kebersihan dari dosa, keselamatan, dan kebebasan dari penyakit. Diantara doa yang pernah dibaca oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam:
1. Mengucapkan: “Laa ba’sa thohuurun in syaa’allooh.”‘tidak mengapa, semoga dapat membersihkan kamu (dari dosa) insya Allah.’(riwayat Bukhari dalam al fath: 10/118). Kata ‘tidak mengapa’ maksudnya ialah bahwa sakit itu dapat menghapus kesalahan. Jika mendapat kesembuhan setelah sakit, maka berarti mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Dan jika tidak, maka akan mendapatkan keuntungan berpa penghapusan dosa.
2. Membaca doa: ” As alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi, ayyasyfiyaka.” (7x)”Aku memohon kepada Allah yang Maha Agung, Rabb ‘Arsy yang agung agar menyembuhkanmu.”‘Tidak ada seorang muslim yang menjenguk seorang yang sedang sakit yang belum sampai kepada ajalnya, lalu dia membacakan doa As alukalloohal-’azhiima, robbal ‘arsyil-’azhiimi, ayyasyfiyaka tujuh kali, kecuali dia akan sembuh.’(Shahih At Tirmidzi: 2/210)
RUQYAH KEPADA SI SAKIT
Orang
yang menjenguk orang sakit dianjurkan untuk melakukan ruqyah
terhadapnya. Terutama kalau si penjenguk termasuk orang yang bertakwa
dan shalih. Karena ruqyah yang dilakukannya akan memberikan manfaat yang
lebih besar daripada orang lain (karena faktor ketakwaan &
keshalihannya tersebut). Di antara ruqyah syariah yang ada:
1. Ruqyah dengan mu’awwidzatain (surat al ikhlas, al falaq, dan an naas)’adalah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika salah satu dari keluarganya sakit, beliau meniup keluarganya dengan (bacaan) mu’awwidzat…’(HR. Muslim no.2192)
2. Ruqyah dengan surat al fatihah
Hal ini pernah dilakukan oleh Abu Said al Khudri terhadap kepala suku yang tersengat serangga. (lihat HR. Muslim no.2201)
3.Ruqyah dengan Doa’
Adalah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika salah seorang dari kami mengeluh sakit, maka beliau mengusapnya dengan tangan kanannya, kemudian beliau mengucapkan: “Hilangkanlah penderitaan ini wahai Rabb manusia. Sembuhkanlah, karena Engkaulah yang Maha Menyembuhkan. Tiada kesembuhan melainkan kesembuhan-Mu. Kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Muslim no.2191)
1. Ruqyah dengan mu’awwidzatain (surat al ikhlas, al falaq, dan an naas)’adalah rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ketika salah satu dari keluarganya sakit, beliau meniup keluarganya dengan (bacaan) mu’awwidzat…’(HR. Muslim no.2192)
2. Ruqyah dengan surat al fatihah
Hal ini pernah dilakukan oleh Abu Said al Khudri terhadap kepala suku yang tersengat serangga. (lihat HR. Muslim no.2201)
3.Ruqyah dengan Doa’
Adalah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika salah seorang dari kami mengeluh sakit, maka beliau mengusapnya dengan tangan kanannya, kemudian beliau mengucapkan: “Hilangkanlah penderitaan ini wahai Rabb manusia. Sembuhkanlah, karena Engkaulah yang Maha Menyembuhkan. Tiada kesembuhan melainkan kesembuhan-Mu. Kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit.” (HR. Muslim no.2191)
KARANGAN BUNGA
Ada sebagian
orang yang ketika mengunjungi orang sakit selalu menyempatkan diri untuk
membawa karangan bunga kepada si sakit. Ada pula yang menelipkan
tulisan yang berisi ungkapan dan harapan agar lekas sembuh. Hal ini
dilarang, karena:
1. Tradisi semacam ini berasal dari agama lain, padahal kita dilarang untuk menyerupai perilaku mereka.
2. Mengganti doa untuk si sakit agar diberikan kesucian, rahmat, ampunan, dan kesehatan dengan ungkapan-ungkapan kering dan harapan-harapan yang tidak bisa dimajukan atau diundur.
3. Mengganti ruqyah yang syari melalui bacaan ayat-ayat al quran maupun hadits dengan karangan bunga yang barangkali akan layu sehari atau dua hari kemudian.
1. Tradisi semacam ini berasal dari agama lain, padahal kita dilarang untuk menyerupai perilaku mereka.
2. Mengganti doa untuk si sakit agar diberikan kesucian, rahmat, ampunan, dan kesehatan dengan ungkapan-ungkapan kering dan harapan-harapan yang tidak bisa dimajukan atau diundur.
3. Mengganti ruqyah yang syari melalui bacaan ayat-ayat al quran maupun hadits dengan karangan bunga yang barangkali akan layu sehari atau dua hari kemudian.
MEMBACAKAN SURAT YASIN
Ada
sebagian orang yang membacakan surat yasin kepada orang yang sakit,
terutama jika si sakit sudah sangat parah, koma, atau jika dalam keadaan
menjemput ajal. Mereka berdasarkan pada: ”Tidak seorang pun yang akan
mati, lalu dibacakan buatnya surat yasin, kecuali pasti diringankan/
dimudahkan kematiannya.” Keterangan: hadits ini derajatnya
“Maudhu/palsu”, diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalan Akhbar al Asbahan
1/188, di dalamnya ada seorang perowi yang suka memalsukan hadits yang
bernama ‘Marwan bin Salim Al Jazari’. Imam Bukhori dan Muslim mengatakan
bahwa Marwan bin Salim dalam meriwayatkan hadits tergolong ‘MUNGKARUL
HADITS’ (lihat: Mizanul I’tidal 4/90).[Penjelasan Gamblang Seputrar
Hukum Yasinan, Tahlilan, & Selamatan, hal:47; dan Bincang-bincang
seputar Tahlilan, Yasinan, & Maulidan, hal:23)”Bacakanlah surat
Yasin untuk orang-orang yang akan mati di antara kamu.”(Riwayat Abu
Dawud, Ibnu Majah, Nasa’i. Derajat hadits Dhaif.)[Al Masaa-il, hadits
201; hal:286]
Karena hadits-hadits di atas adalah dhaif & maudhu/palsu, maka pembacaan surat yasin untuk orang-orang yang akan mati tidak dapat diamalkan. Hal ini sebagaimana keterangan para ulama bahwa hadits lemah tidak dapat dipakai sebagai dasar suatu amalam meskipun hanya fadhaail amal. Soal aqidah, ibadah, muamalah, maupun fadhaail amal harus berdasarkan dalil yang shahih. Di antara salah satu sebab munculnya bidah adalah karena pengamalan hadits-hadits lemah maupun palsu. Tidak dibenarkan menetapkan hukum syari, baik hukum mustahab (sunnat) atau hukum lainnya dengan hadits lemah. Inilah pendapat yang benar. Konsekuensinya, tidak ada perbedaan antara hadits tentang fadhaail amal dengan hadits tentang hukum. Inilah pendapat mayoritas ulama, seperti Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqolani, Imam Asy Syaukani, Al Allamah Shiddiq Hasan Khan dan Syaikh Muhammad Syakir serta lainnya.
Karena hadits-hadits di atas adalah dhaif & maudhu/palsu, maka pembacaan surat yasin untuk orang-orang yang akan mati tidak dapat diamalkan. Hal ini sebagaimana keterangan para ulama bahwa hadits lemah tidak dapat dipakai sebagai dasar suatu amalam meskipun hanya fadhaail amal. Soal aqidah, ibadah, muamalah, maupun fadhaail amal harus berdasarkan dalil yang shahih. Di antara salah satu sebab munculnya bidah adalah karena pengamalan hadits-hadits lemah maupun palsu. Tidak dibenarkan menetapkan hukum syari, baik hukum mustahab (sunnat) atau hukum lainnya dengan hadits lemah. Inilah pendapat yang benar. Konsekuensinya, tidak ada perbedaan antara hadits tentang fadhaail amal dengan hadits tentang hukum. Inilah pendapat mayoritas ulama, seperti Al Hafizh Ibnu Hajar al Asqolani, Imam Asy Syaukani, Al Allamah Shiddiq Hasan Khan dan Syaikh Muhammad Syakir serta lainnya.
PERLUKAH EUTHANASIA?
Terkadang, karena sakit yang
diderita sangat berat, atau keluarga sudah tidak tega melihatnya; serta
menurut ilmu medis, pasien tersebut tidak dapat sembuh, baginya kematian
hanya soal waktu; seseorang disarankan atau meminta suntikan
euthanasia, sehingga si sakit dapat segera terbebas dari penderitaan
yang sering dialaminya selama ia masih hidup.Euthanasia sebaiknya tidak
dilakukan, hal ini karena: euthanasia menghalangi si sakit ataupun
orang-orang di sekitar si sakit untuk mendapatkan manfaat dari status
kehidupannya.Dengan tetap hidup dengan kondisi semacam itu, si sakit
akan dihapus catatan buruknya dan diangkat derajatnya, jika ia memiliki
iman dan ihsan. Dengan tetap hidup, yang bersangkutan terkadang
mendapatkan doa yang baik dan diterima oleh Allah. Sehingga disembuhkan
oleh Allah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, atau diampuni
dosa-dosanya berkat doa sesama muslim yang ditujukan kepadanya. Dengan
tetap hidup, maka catatan buruk keluarganya yang dirundung kesedihan dan
kegelisahan akan dihapus.’Tidaklah seorang muslim mengalami kepayahan,
kesakitan, kegelisahan, kesedihan, gangguan, maupun kesusahan, bahkan
duri yang menusuknya, melainkan dengan itu Allah akan menghapus
kesalahan-kesalahan nya. ‘ (HR. Bukhari no.5642)
Dengan tetap hidup, maka kebajikannya akan tetap mengalir dan tidak terputus, terutama jika yang bersangkutan adalah seorang ayah atau ibu. Dan dengan tetap hidup, maka pahala akan tetap melimpah kepada orang yang menjenguk dan mengunjungi si sakit. Penjenguk akan mendapatkan shalawat dari 70 ribu malaikat yang ditugaskan mendoakannya, insya Allah.
Semoga bermanfaat, Allahu A’lam.
Wassalamu'alaikum wrwb.
Dengan tetap hidup, maka kebajikannya akan tetap mengalir dan tidak terputus, terutama jika yang bersangkutan adalah seorang ayah atau ibu. Dan dengan tetap hidup, maka pahala akan tetap melimpah kepada orang yang menjenguk dan mengunjungi si sakit. Penjenguk akan mendapatkan shalawat dari 70 ribu malaikat yang ditugaskan mendoakannya, insya Allah.
Semoga bermanfaat, Allahu A’lam.
Wassalamu'alaikum wrwb.
Oleh : Abah Utik, Wonorejo, 8 Juli 2008.
--------------------------------------------------
Sumber bacaan & pengambilan:
1. Al Masaa-il jilid 1, Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah Press, Cet.5. tahun 2005
2. Berbahagialah Wahai Orang Sakit, Dr. Muhammad Al Burkan, Pustaka At Tibyan, tanpa tahun
3. Bincang-Bincang seputar Tahlilan, Yasinan, & Maulidan, Ust. Abu Ihsan Al Atsari, Pustaka At Tibyan, Cet.3, Juni 2007
4. Doa & Dzikir Nabi, Dr. Said bin Ali bin Wahf al Qahthani, Maktabah AL Hanif, cet.1, Juni 2005
5. Ensiklopedi Islam Al Kamil, Syaikh Muhammad bin Ibrahim at Tuwaijiri, Darus Sunnah Press, Cet.3, November 2007
6. Etika Menjenguk Orang Sakit, Fuad Abdul Aziz Asy Syalhub, Pustaka Elba, Cet.1, Oktober 2006
7. Hadits Qudsi Shahihain (Bukhari Muslim), Irfan bin Salim ad Dimasyqi, Media Hidayah, Cet.1, April 2006
8. Menyongsong Doa Malaikat, Prof. Dr. Fadhl Ilahi, Wafa Press, Cet.1, Juni 2008
9. Penjelasan Gamblang Yasinan, Tahlilan & Selamatan, AL Ustadz Abu Ibrahim Muhammad Ali bin A. Mutholib, Pustaka Al Ummat, Cet.5, Agustus 2007
10.Tetap Bahagia di Saat Sakit, Abdul Muhsin bin Zainuddin bin Qaasim, Rumah Dzikir, tanpa tahun
Sumber bacaan & pengambilan:
1. Al Masaa-il jilid 1, Abdul Hakim bin Amir Abdat, Darus Sunnah Press, Cet.5. tahun 2005
2. Berbahagialah Wahai Orang Sakit, Dr. Muhammad Al Burkan, Pustaka At Tibyan, tanpa tahun
3. Bincang-Bincang seputar Tahlilan, Yasinan, & Maulidan, Ust. Abu Ihsan Al Atsari, Pustaka At Tibyan, Cet.3, Juni 2007
4. Doa & Dzikir Nabi, Dr. Said bin Ali bin Wahf al Qahthani, Maktabah AL Hanif, cet.1, Juni 2005
5. Ensiklopedi Islam Al Kamil, Syaikh Muhammad bin Ibrahim at Tuwaijiri, Darus Sunnah Press, Cet.3, November 2007
6. Etika Menjenguk Orang Sakit, Fuad Abdul Aziz Asy Syalhub, Pustaka Elba, Cet.1, Oktober 2006
7. Hadits Qudsi Shahihain (Bukhari Muslim), Irfan bin Salim ad Dimasyqi, Media Hidayah, Cet.1, April 2006
8. Menyongsong Doa Malaikat, Prof. Dr. Fadhl Ilahi, Wafa Press, Cet.1, Juni 2008
9. Penjelasan Gamblang Yasinan, Tahlilan & Selamatan, AL Ustadz Abu Ibrahim Muhammad Ali bin A. Mutholib, Pustaka Al Ummat, Cet.5, Agustus 2007
10.Tetap Bahagia di Saat Sakit, Abdul Muhsin bin Zainuddin bin Qaasim, Rumah Dzikir, tanpa tahun
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
No comments